Rabu, 17 Juni 2009

MARIA MAGDALENA

Membedah sosok Maria Magdalena dalam Novel The Da Vinci Code menurut perspektif Tradisi Gereja “

Artikel singkat ini akan diawali oleh sebuah pertanyaan pembuka:

Betulkah Yesus pernah menikah dengan Maria Magdalena?
Leigh Teabing menyatakan bahwa perkawinan mereka adalah bagian dari catatan sejarah.
Ia menyatakan bahwa tradisi Yahudi waktu itu melarang seorang pria hidup melajang.


Perkawinan Yesus dan Maria Magdalena tidak ada dalam catatan sejarah mana pun. Bahkan legenda tentang Maria Magdalena dari Prancis bagian Selatan, yang digembar-gemborkan oleh Brown sebagai ringkasan ingat-ingatan yang sungguh terekam mengenai Maria Magdalena, tidak pernah memuat indikasi bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus. Ide tentang perkawinan antara Yesus dan Maria baru diungkapkan secara jelas mulai abad ke-20, dalam karya-karya populer seperti novel The Last Temptation of Christ ( Kazantkis, 1951) atau opera Jesus Christ Superstars ( Webber dan Rice, 1971). Keduanya kemudian di filmkan.

Apakah dengan tetap tidak menikah , Yesus telah melanggar tradisi Yahudi yang penting ?

Benar bahwa menikah telah menjadi aturan Yahudi abad pertama, tetapi tidak berarti bahwa lelaki yahudi yang tidak menikah dianggap abnormal atau menjadi skandal. Ada beberapa alasan yang kuat sehingga Yesus tidak menikah :

Pertama….Yesus adalah pengkhotbah keliling yang mendapat wahyu khusus dari Allah untuk mewartakan kerajaan Allah. Karena peranan khususnya ini, Yesus mempertimbangkan bahwa bijaksanalah untuk menjauhkan diri dari suatu relasi seperti perkawinan.

Kedua….Ada sebuah sekte Yahudi yang disebut Esseni, yang hidupnya mencerminkan sikap eskatologis; mereka menantikan kedatangan hukum yang baru. Kelompok Esseni di Qumran, tempat yang biasa dihubungkan dengan Gulungan Laut Mati, sebagaimana dokumen Kelompok Esseni ditemukan, sebagian besar adalah lekaki yang selibat. Mereka menghayati kehidupan komunal. Beberapa ahli kitab suci menduga bahwa Yesus mungkin dipengaruhi olek kelompok Esseni, sebagaimana saudara sepupunya, Yohanes Pembaptis, hampir pasti dipengaruhi oleh kelompok ini.

Ketiga….Merujuk pada hidup Santo Paulus yang juga adalah orang Yahudi dan pengkhotbah keliling juga. Dia menyatakan dalam surat pertamanya kepada jemaat di Korinthus, bahwa lebih baik tidak menikah. Ia menwarkan alasan yang serupa dengan yang disebutkan di atas; kedatangan Yesus untuk kedua kalinya akan terjadi pada generasi waktu itu; dunia sebagaimana orang tahu akan hancur. Dengan demikian, lebih baik tidak memperumit hidup seseorang dengan ikatan perkawinan.

Dengan pemikiran Eskatologis pada waktu itu dan penerimaan peran sebagai pengkhotbah keliling dan guru seperti Yesus dan Paulus, bukankah hal yang masuk akal atau normal jika orang yahudi memilih untuk tidak menikah. Hal ini tidak selalu terkait dengan adanya anggapan bahwa hidup selibat itu lebih tinggi atau lebih mulia daripada perkawinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar